Dulu aku pernah berkerja di salah satu perusahaan kapal di
propinsi jambi. Kebetulan ada dua teman ku yang sama-sama satu kampung dan satu
perusahaan dengang ku. Perusaaan tempat aku berkerja ini terbilang lumayan
untuk penghasilan sekelas AB (anak buah), aku berkerja sebagai juru masak di
salah satu kapal miliki perusaan itu, kapal tempat aku berkerja ini adalah
jenis Tug Boat, ya lumayan baguslah , dan perjalannya pun lumayan jauh. Terkadang
kami membawa muatan pasir dari Jambi ke Sungai Siak untuk melayani PT. Indokiat pekan baru Riau. dan terkadang saat
mau pulang ke jambi, kapal kami singah dulu di KEPRI (kepulauan Riau) untuk mengambil
muatan batu splin di pulau bintan (kijang). Maklum yang namanya perusahaankan
tidak mau rugi, jadi pergi bermuatan ,pulang pun bermuatan.
Kapal tempat aku berkerja ini sering membawa muatan batu
bara, batu splin dan pasir. Untuk loding di ambang luar aja kami butuh waktu 6
– 7 hari perjalanan, 2 hari di sungai, 2 hari di laut, itu pun kalau tidak
nunggu antrian saat memuat ke kapal Super Tanker , dan 2 harinya lagi
perjalanan pulang. Kapal kami ini juga terkadang mengantar
muatan batu bara sampai ke Merak dan Samarinda.
jika Setiap kapal kami
masuk ke jambi aku selalu menyempatkan diri untuk pulang kerumah, Dan aku pun minta izin pulang sama Kapten terlebih
dahulu, selain rindu dengan keluarga , akupun ingin berjumpa dengan teman-teman
ku yang sudah lama tak bertemu. kebetulan jarak antara rumah ku dan Dok (Dermaganya)
Kapal tempat aku berkerja tidak terlalu jauh, paling sekitar 11-12 menit
perjalanan dengan Motor. jika lagi mut aku juga sering mengginap di kapal, Karena
aku seorang juru masak, jadi aku mesti Stand Bay setiap hari di kapal, jadi setiap
pukul 16 - 17 setelah semua pekerrjaan ku selesai barulah aku Izin
pulang sama perwira dan teman –teman ku yang ada di kapal.
Jadi pernah pada suatu hari, saat kapal ku mau masuk jambi
dan sudah melewati alur Muaro Jambi, aku mendapatkan informasih dari sahabat ku
yang ada di kampung melalui pesan SMS, bahwa telah terjadi kecelakaan di jembatan Auduri II, kecelakaan itu menyebabkan
pengendaranya meninggal dunia, kata teman ku kejadiannya cukup teragis,
otak-otak dan isi perut dari pengendara itu sampai buyar , maklum motor Vs
Mobil yang bermuatan kelapa sawit.
Jadi pada hari yang sama tepat pukul 16 , kapal kami sudah
merapat di Dok ( Dermaganya). Karna
habis sandar badan ku terasa capek, jadi ku putuskan besok saja pulangnya, setelah
habis mandi sore, aku bertemu dengan dua teman ku yang satu kampung, kebetulan
mereka satu kapal beda sama aku, dan kapal mereka 4 hari lagi mau berangkat,
kami mulailah bercerita layaknya seorang pelaut dengan hidangan ala kadarnya,
maklum kapal kami baru masuk, jadi tetangga pada kumpul, tak terasa waktu sudah
hampir jam 9 – 10 malam, jadi temanku yang tak bisa ku sebutkan namanya, menyarankan
untuk meminjam motor satpam, karna hari pun sudah malam dan aku pun lelah dan
besoknya aku kembali berkerja, jadi kuputuskan untuk menginap di kapal saja.
Jadi kesekokan harinya, aku main ke kapal teman ku yang 2
orang tersebut, rupanya mereka tidak masuk, jadi aku dapat informasi bahwa ke 2
orang teman ku itu sakit, jadi jam 5 sore sewaktu aku pulang ke rumah, aku mendapat
cerita dari temanku yang lain, bahwa ketika
mereka berdua melintasi jembatan pada waktu malam itu ternyata salah satu dari ban
motor mereka bocor, karna rumah mereka masih sangat jauh, jadi mereka putuskan
untuk mendorong motornya degan melintasi jalan yang terdekat, dan jalan yang terdekat
itu terbilang masih banyak pohon seperi hutan, di situ ada banyak kuburan, dan
kuburan itu dekat sekali dengan jalan setapak yang mereka lalui, salah satu
dari mereka melihat jelas sesosok orang
dengan pakaian putih di balut dengan kain kafan dan berlumuran darah sedang
dunduk sambil menanggis di atas kuburan, jaraknya palingan sekitar 12 langkah
dari mereka,dan teman yang satunya hanya mendegarkan tangisannya saja karna dia
tak berani melihatnya lebih jauh. Ternyata kuburan yang mereka lewati itu adalah
kuburan orang yang meninggal pada waktu kecelakaan tadi pagi di dekat jembatan Auduri II.
Sejak kejadian itu, ke duanya tak mau lagi pulang larut
malam jikalau mau melintasi kuburan tersebut.