Tuesday 25 June 2013

BP2IP Surabaya



Program Diklat Pembentukan
Diklat Pelaut Dasar (DP – D)

Bidang Keahlian Nautika Tingkat – Dasar (ANT-D)
Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai ABK untuk dapat melaksanakan tugas jaga navigasi pada tingkat penunjang

Bidang Keahlian Teknika Tingkat Dasar (ATT-D)
Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai ABK untuk dapat melaksanakan pengoperasian, perawatan dan perbaikan permesinan kapal serta data pengendali operasi kapal pada tingkaat penunjang

Lama Pendidikan :
3 bulan teori di kampus, 3 bulan praktek di kapal

Persyaratan :

•    Berusia 17 – 40 tahun pada saat masuk pendidikan
•    Minimal Lulusan SLTP?yang sederajat
•    Berbadan sehat termasuk kesehatan mata dan telinga yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk
•    Tinggi badan minimal 160 cm
•    Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari POLRI
•    Surat keterangan bebas narkoba dari rumah sakit Pemerintah / Kepolisian
•    Lulus seleksi penerimaan

Program Diklat Pembentukan
Diklat Pelaut (DP – IV)

Bidang Keahlian Nautika Tingkat – IV (ANT-IV)
Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira Navigasi di daerah pelayaran nusantara, penanganan dan pengaturan muatan serta pengendalian operasi kapal dan mampu menjadi Nakoda untuk kapal < 500 GT NCV (Near Coastal Voyage)

Bidang Keahlian Teknika Tingkat – IV (ATT-IV)
Mendidik dan melatih para pesert diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira Permesinan dan kelistrikan kapal, perawatan dan perbaikan mesin kapal, serta mengendalikan operasi kapal dan personal di kapal pelayaran nusantara hingga ukuran mesin <750 Kwh

Lama Pendidikan
2 tahun (4 semester) teori di kelas
1 tahun (2 semester) praktek di kapal

Persyaratan
•    Berusaha maksimal 22 tahun pada saat masuk pendidikan
•    Minimal Lulusan SLTP/yang sederajat
•    Berbadan sehat termasuk kesehatan mata dan telinga yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk
•    Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria & 155 cm bagi wanita
•    Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari POLRI
•    Belum menikah dan sanggup tidak menikah selama proses pendidikan
•    Surat keterangan bebas narkoba dari Rumah Sakit Pemerintah/Kepolisian
•    Lulus seleksi penerimaan
Program Diklat Pembentukan
Diklat Pelaut (DP – III) Crash Program

Bidang Keahlian Nautika Tingkat III (ANT – III)
Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira navigasi di wilayah perairan samudera, penanganan dan pengaturan muatan serta pengendalian kapal, dan mampu menjadi Nahkoda pada kapal < 1.500 GT NCV (Near Coastal Voyage)

Bidang Keahlian Teknika Tingkat III (ATT – III)
Mendidik dan melatih para peserta diklat agar memiliki kompetensi sebagai perwira mesin di wilayah perairan samudera, penanganan dan pemeliharaan permesinan dalam rangka memperlancar pengoperasian kapal, dan mampu menjadi Kepala Kamar Mesin (KKM) pada kapal < 3.000 Kw Near Coastal Voyage (NCV)


Lama Pendidikan
1,5 tahun di kelas (in class training)
1 tahun praktek berlayar (onboard training)

Persyaratan
•    Berijasah minimal SMU/SMA Jurusan IPA, SMKP + ANT-IV / ATT – IV, SMK jurusan listrik, elektro, mesin, perkapalan
•    Berusia maksimal 25 tahun saat masuk pendidikan
•    Berbadan sehat termasuk mata dan telinga yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk
•    Tinggi badan minimal 160 cm bagi pria dan 155 cm bagi wanita
•    Belum menikah dan sanggup tidak menikah selama pendidikan
•    Mendapat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih berlaku
•    Surat keterangan bebas Narkoba dari Rumah Sakit Pemerintah atau POLRI



BP2IP Tangerang


Sejarah BP2IP Tangerang

BP2IP Tangerang adalah sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan di bawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan. Pembangunan BP2IP Tangerang dimulai pada 27 Oktober 2002 diatas lahan yang luasnya kurang lebih 18.000 m2 dan diselesaikan pada 27 Februari 2004.

BP2IP Tangerang telah diresmikan pengoperasiannya berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan KM 45 tanggal 16 Oktober 2003 oleh Presiden Megawati Sukarnoputri pada 27 Februari 2004.
Pengoperasian BP2IP Tangerang ditujukan untuk penyediaan jasa pendidikan dan pelatihan di bidang maritim bagi para generasi muda pada tingkat menengah dan dasar yang disesuaikan dengan peraturan internasional, STCW 1978 dan amandemen-amandemennya.

DENAH LOKASI




Sunday 23 June 2013

Resep ayam goreng serundeng

resepayamgoreng serundeng



Setelah pada postingan kemarin kita mencoba memperaktekan resep ayam goreng tepung, sekarang saatnya kita mencoba memperaktekan resep ayam goreng serundeng yang pastinya gak akan kalah lezatnya. Resep ayam goreng serundeng memang sangat banyak dicari oleh penikmat resep ayam ini, karena selain rasanya yang lezat juga cara pembuatannyapun tidak begitu rumit dan pasti anda semua dapat membuatnya di rumah.

Selain cara pembuatannya yang tidak begitu rumit resep ayam goreng serundeng ini pun tidak memerlukan banyak waktu dalam pembuatannya. Yuk sekarang kita coba memperaktekan resep ayam goreng serundeng,berikut ini adalah  bahan-bahan yang diperlukan  dan cara membuat ayam goreng serundeng.

Bahan dan Bumbu:
  • 1 ekor ayam dipotong 8 bagian
  • ½ butir kelapa, parut
  • 4 lembar daun salam
  • 400 ml air
  • Minyak untuk menggoreng secukupnya
Haluskan:
  • 5 butir bawang merah
  • 5 siung bawang putih
  • 6 cm kunyit
  • 3 cm jahe
  • 3 cm lengkuas
  • 1 sendok makan ketumbar
  • ½ sendok makan penyedap rasa
  • 4 buah kemiri
  • 2 buah asam jawa
  • 2 batang serai
  • 1 sendok makan gula merah
CARA MEMBUAT:
  1. Campurkan bumbu yang telah dihaluskan dengan kelapa parut dan air, tambahkan daun salam,  masukkan ayam yang telah dibersihkan lalu masak hingga matang.
  2. Pisahkan ayam dan bumbu kelapanya. Bumbu kelapa lalu diperas airnya, sisihkan.
  3. Goreng potongan ayam ke dalam miyak panas sampai berwarna coklat kekuningan, sisihkan.
  4. Goreng bumbu kelapa yang telah diperas airnya sampai berwana coklat kekuningan.
  5. Siapkan piring saji, masukkan ayam goreng lalu taburkan goreng bumbu kelapa ke atas ayam goreng. Siap disajikan.
Gimana mudah bukan resep ayam goreng serundeng ini. Pasti anda ketagihan deh ingin membuat kembali ayam serundengnya. Bagi yang belum mencoba membuatnya silahkan anda mencobanya sekarang dirumah anda. Nantikan juga resep masakan yang gak akan kalah kelezatannya.

Gulai Kepala Kakap

Gulai Kepala Kakap
                                                                                             Gulai Kepala Kakap
Bahan
  • 500 gram kepala ikan kakap merah
  • 3 sdm minyak untuk menumis
Haluskan
  • 10 buah cabai merah keriting
  • 10 butir bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 1 sdt ketumbar, sangrai
  • 4 cm kunyit
  • 4 cm jahe
  • 4 cm lengkuas
  • 1 sdm garam
  • 1 sdt gula pasir
  • 3 lembar daun salam
  • 1 lembar daun kunyit, buat simpul
  • 6 lembar daun jeruk
  • 3 buah asam kandis
  • 2 batang serai, memarkan
  • 1 liter santan cair
  • 200 ml santan kental
Cara membuat

    1. bersihkan kepala ikan kakap. Buang insangnya. Tumis bumbu halus bersama bumbu lainnya sampai harum dan matang. Masukkan kepala ikan kakap, aduk sampai kepala ikan berubah warna.
    2. tuang setengah bagian santan cair, kecilkan apinya dan tutup wajannya. Masak selam 15 menit. Masukkan sisa santan cair, masak sampai ikan matang.
    3. tambahkan santan kental, aduk sampai mendidih, angkat. Sajikan dengan nasi hangat dan sambal cabe hijau.


        Untuk 4 orang


        Resep Ayam Bakar Kecap

        Resep dan cara membuat ayam bakar kecap yang enak, manis dan tentunya lezat. Nah kali ini kita akan berbagi salah satu resep andalan indonesia yaitu ayam bakar kecap. Untuk anda yang suka memasak, terutama para ibu atau wanita, artikel ini mungkin akan sangat berguna untuk anda.
        resep dan cara membuat ayam bakar kecap
        Resep dan cara membuat ayam bakar kecap yang akan saya sajikan disini di ambil dari sumber atau situs kuliner di internet. Jadi jangan heran jika anda menemukan situs lain yang juga menuliskan resep ini.

        Yup langsung saja, bagi anda yang ingin mencoba membuat ayam bakar kecap yang manis dan lezat bisa menyiapkan bahan-bahan seperti yang dibutuhkan di bawah ini.

        Bahan yang dibutuhkan untuk membuat ayam bakar kecap :
        • 1 ekor ayam, potong 8 bagian
        • 2 sdm air jeruk nipis dan 2 sdt garam
        • 2 cm lengkuas, memarkan
        • 2 batang serai, memarkan
        • 2 lembar daun jeruk
        • 2 cm jahe
        • 2 sdm kecap manis
        • 2 sdm minyak goreng
        Haluskan:
        • 3 cabai merah besar
        • 6 cabai rawit merah
        • 8 butir bawang merah
        • 5 siung bawang putih
        • 5 butir kemiri, sangrai
        • 3 cm kunyit
        • 1 sdt garam
        Olesan:
        • 2 sdm margarin, lumerkan
        • 7 sdm kecap manis

        Cara Membuat Ayam Bakar Kecap:

        1. Cuci bersih ayam, lumuri air jeruk nipis dan garam, diamkan sebentar. Cuci bersih kembali, tiriskan.
        2. Lumuri ayam dengan bumbu halus, tambahkan 2 sdm minyak goreng. Diamkan selama 30 menit.
        3. Masak ayam bersama rendamannya, tambahkan lengkuas, serai, daun jeruk, dan jahe, masak hingga ayam lunak, angkat.
        4. Siapkan bara api, panggang ayam. Selama memanggang olesi dengan campuran margarin dan kecap manis. Panggang hingga berwarna agak gelap, angkat.
        5. Sajikan hangat untuk 4 orang dan akan lebih mantab lagi ditambah Sambal dan Lalapan.

        Yup mungkin itu saja artikel kali ini, selamat mencoba resep dan cara membuat ayam bakar kecap yang manis dan lezat dari kami.

        Sistem Pendingin Ruang Akomodasi di Kapal

        Pengisian Oli Menggunakan Hand Oil Pump


        Split Air Conditioner Pump Down Process

        Split Air Conditioner Pump Down Process


        Kondenser

        Kondenser 
        Didalam sistem kompresi uap (vapor compression) Kondenser adalah suatu komponen (part) yang berfungsi untuk merubah fase refrigerant dari gas bertekanan tinggi menjadi cairan bertekanan tinggi atau dengan kata lain pada Kondenser ini terjadi proses kondensasi . Refrigerant yang telah berubah menjadi cair tersebut kemudian dialirkan ke Evaporator melalui Katup Ekspansi.
        Fungsi Kondenser 
        Agar proses perubahan wujud yang diinginkan ini dapat terjadi, maka kalor/panas yang ada dalam gas refrigerant yang bertekanan tinggi harus dibuang keluar dari sistem. Adapun kalor ini berasal dari 2 sumber, yaitu:
        1. Kalor yang diserap refrigerant ketika mengalami proses Evaporasi
        2. Kalor yang ditimbulkan di Kompresor selama terjadinya proses kompresi
        Gas refrigerant yang bertekanan rendah dikompresikan sehingga menjadi gas refrigerant bertekanan tinggi dimana temperatur kondensasinya lebih tinggi dari temperatur media pendingin Kondenser. Media pendingin yang umum digunakan biasanya air, udara, atau kombinasi keduanya.
        Dengan temperatur kondensasi yang lebih tinggi dari media pendingin maka akan mudah terjadi proses perpindahan kalor dari refrigerant ke media pendingin. Seperti kita ketahui secara umum “kalor akan mengalir dari substansi yang bertemperatur lebih tinggi ke substansi yang bertemperatur lebih rendah”.
        Proses perpindahan kalor di Kondenser terjadi dalam 3 tahapan, yaitu:
        1. Penurunan nilai superheat (desuperheating) sampai mencapai temperatur kondensasi. Pada proses ini terjadi perpindahan kalor sensible .
        2. Perubahan wujud dari refrigerant berbentuk gas menjadi cair. Pada proses ini terjadi perpindahan kalor latent .
        3. Pelepasan kalor dari refrigerant cair (sub-cooling) ke media pendingin. Pada proses ini terjadi perpindahan kalor sensible.
        Kapasitas Kondenser
        Kapasitas Kondenser adalah kemampuan Kondenser untuk melepaskan kalor dari refrigerant (sistem) ke media pendingin.
        Ada 4 hal yang mempengaruhi kapasitas Kondenser yaitu:
        1. Material (bahan pembuat Kondenser)
        Setiap material memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk memindahkan kalor. Material yang paling umum digunakan sebagai bahan pembuat Kondenser adalah tembaga, aluminium, dan besi. Tembaga merupakan bahan yang paling populer digunakan karena sifatnya yang sangat baik untuk menghantarkan kalor dan mudah dibentuk menjadi pipa ataupun koil, dan juga sifatnya yang lebih tahan korosi.
        Ukuran Kondenser sebenarnya dapat diperkecil dengan cara memilih material yang memiliki kemampuan menghantarkan kalor yang lebih baik dan juga perancangan (design) dari Kondenser itu sendiri. Meskipun demikian Kondenser juga harus mampu untuk menampung volume dan mengkondensasikan seluruh refrigerant yang keluar dari Kompressor. Kondenser yang volumenya terlalu kecil menyebabkan berkurangnya kapasitas Kondenser dan akan menaikkan tekanan kondensasinya.
        Catatan: Khusus untuk sistem refrigerasi yang menggunakan Ammonia (R717) sebagai refrigerant maka tembaga tidak boleh dipakai sebagai material sistem karena sifat dari Ammonia yang cenderung merusak/bereaksi dengan tembaga. Apabila tembaga digunakan dalam sistem Ammonia maka bagian dalam dari tembaga biasanya dilapisi perunggu untuk menghindari korosi.
        2. Luas Area
        Semakin besar luas area yang bersinggungan dengan media pendingin maka semakin besar pula perpindahan kalornya.
        Untuk Kondenser berpendingin udara biasanya dilengkapi dengan sirip-sirip sehingga luas areanya menjadi semakin besar, sedangkan untuk Kondenser berpendingin air agar kapasitasnya bertambah besar dilakukan penambahan laju aliran air yang masuk ke Kondenser.
        Catatan: Untuk Kondenser berpendingin air, pengaturan laju aliran air harus diperhatikan jangan sampai melebihi batas yang diijinkan karena dengan laju aliran yang berlebihan faktor gesekan (friction) akan semakin besar.
        3. Perbedaan Temperatur
        Yang dimaksud disini adalah perbedaaan temperatur kondensasi dengan temperatur media pendingin. Temperatur kondensasi harus lebih besar daripada temperatur media pendinginnya.
        4. Kebersihan Kondenser
        Partikel debu yang melekat pada Kondenser berpendingin udara ataupun jamur/kerak yang melekat pada Kondenser berpendingin air bertindak sebagai insulator yang akan mengurangi kapasitas perpindahan kalor. Hal ini juga akan menghambat laju aliran udara/air pendingin.
        Jenis Kondenser Berdasarkan Media Pendinginnya 
        Berdasarkan media pendinginnya Kondenser terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
        1. Kondenser berpendingin udara (Air Cooled Condenser)
        2. Kondenser berpendingin air (Water Cooled Condenser)
        3. Kondenser berpendingin kombinasi udara dan air (Evaporative Condenser)
        Kondenser berpendingin udara (Air Cooled Condenser)
        Kondenser jenis ini terbuat dari koil berdiameter luar 6mm~18mm (1/4inch~3/4inch).
        Untuk memperluas area perpindahan kalor maka koil tersebut dilengkapi dengan sirip-sirip.
        Koil satu lajur (single row coil) adalah yang paling effisien, tetapi untuk menghemat atau memperkecil ukuran biasanya koil dibuat menjadi beberapa lajur (multi row coil).
        Kondenser berpendingin udara diklasifikasikan menjadi 2 bagian,yaitu:
        1. Kondenser dengan pendingin udara alami (Natural Draught Condenser)
        2. Kondenser dengan pendingin udara paksa (Forced Air Cooled Condenser)
        Kondenser dengan pendingin udara alami (Natural Draught Condenser)
        Perpindahan kalor dari Kondenser ke udara berlangsung secara alami (aliran udara konveksi).
        Karena laju perpindahan kalornya yang rendah maka diperlukan Kondenser dengan luas area yang besar.
        Kondenser jenis ini hanya digunakan untuk sistem refrigerasi berkapasitas kecil, misalnya kulkas dan freezer untuk aplikasi di rumah tangga (domestic refrigerator and small freezer).
        Kondenser dengan pendingin udara paksa (Forced Air Cooled Condenser)
        Perpindahan kalor dari Kondenser ke udara berlangsung dengan bantuan kipas udara (fan).
        Laju perpindahan kalornya yang lebih besar dibandingkan dengan Kondenser berpendingin udara alami menjadikan Kondenser jenis ini bisa berukuran lebih kecil.
        Keuntungan dan kerugian dari Kondenser berpendingin udara
        Keuntungan: Tersedianya udara yang cukup sebagai media pendingin tanpa memerlukan biaya tambahan (udara gratis boss!!)
        Kerugian : Sistem refrigerasi beroperasi pada tekanan kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kondenser berpendingin air, akibatnya Kompressor akan memerlukan daya yang lebih besar sebagai kompensasi dari kenaikan tekanan dan temperatur kerjanya.
        Kondenser berpendingin air (Water Cooled Condenser)
        Pada sistem refrigerasi berkapasitas sedang dan besar biasanya menggunakan air sebagai media pendingin Kondenser. Hal ini dikarenakan air memiliki kemampuan memindahkan kalor yang lebih baik daripada udara, sehingga dengan menggunakan air sebagai pendinginnya ukuran Kondenser dengan kapasitas yang sama bisa menjadi lebih kecil dibandingkan dengan yang berpendingin udara.
        Kondenser berpendingin air berdasarkan cara kerjanya diklasifikasikan menjadi 2 bagian,yaitu:
        1. Sistem air buang (Waste Water System)
        Air dingin masuk ke Kondenser kemudian keluar dan langsung dibuang.
        Cara ini diperbolehkan untuk sistem yang berkapasitas kecil atau apabila terdapat sumber air yang banyak. Hal yang harus diperhatikan adalah ketentuan undang-undang yang berlaku dimana sistem ini bekerja (boleh/tidaknya memakai air dengan kapasitas besar).
        2. Sistem air sirkulasi
        Dalam sistem ini air yang keluar dari Kondenser didinginkan kembali di Menara Pendingin (Cooling Tower) kemudian disirkulasikan kembali ke Kondenser.

        Siklus Dasar Sistem Pendingin

        Skema Dasar Siklus Sistem Refrigerasi
        Penjelasan Siklus Refrigerasi:
        A-B : Un-useful superheat (kenaikan temperatur yg menambah beban kompresor) Sebisa mungkin dihindari kontak langsung antara pipa dan udara sekitarnya dgn cara menginsulasi pipa suction.
        B-C : proses kompresi (gas refrigerant bertekanan dan temperatur rendah dinaikkan tekanannya sehingga temperaturnya lebih tinggi dari media pendingin di kondenser. Pada proses kompresi ini refrigerant mengalami superheat yg sangat tinggi.
        C-D : Proses de-superheating (temperatur refrigerant mengalami pemurunan, tetapi tdk mengalami perubahan wujud, refrigerant masih dalam bentuk gas)
        D-E : Proses kondensasi (terjadi perubahan wujud refrigerant dari gas menjadi cair tanpa merubah temperaturnya.
        E-F : Proses sub-cooling di kondenser ( refrigerant yg sudah dalam bentuk cair masih membuang kalor ke udara sekitar sehingga mengalami penurunan temperatur). Sangat berguna untuk memastikan refrigerant dalam keadaan cair sempurna.
        F-G : Proses sub-cooling di pipa liquid (Refrigerant cair masih mengalami penurunan temperatur karena temperaturnya masih diatas temperatur udara sekitar). Pipa liquid line tdk diinsulasi, agar terjadi perpindahan kalor ke udara, tujuannya untuk menambah kapasitas refrigerasi. (Note: dalam beberapa kasus ..pipa liquid harus diinsulasi…nanti dijelaskan dalam pembahasan khusus)
        G-H : Proses ekspansi/penurunan tekanan (Refrigerant dalam bentuk cair diturunkan tekanannya sehingga temperatur saturasinya berada dibawah temperatur ruangan yg didinginkan, tujuannya agar refrigerant cair mudah menguap di evaporator dgn cara menyerap kalor dari udara yg dilewatkan ke evaporator)
        Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair menjadi bubble gas sekitar 23% karena penurunan tekanan ini. Jadi refrigerant yg keluar dari katup ekspansi / masuk ke Evaporator dalam bentuk campuran sekitar 77% cairan dan 23% bubble gas.
        H-I : Proses evaporasi (refrigerant yg bertemperatur rendah menyerap kalor dari udara yg dilewatkan ke evaporator. Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair menjadi gas. Terjadi juga penurunan temperatur udara keluar dari evaporator karena kalor dari udara diserap oleh refrigerant)
        I-A : Proses superheat di evaporator: Gas refrigerant bertemperatur rendah masih menyerap kalor dari udara karena temperaturnya yg masih dibawah temperatur udara. Temperatur refrigerant mengalami kenaikan). Superheat ini bergua untuk memastikan refrigerant dalam bentuk gas sempurna sebelum masuk ke Kompresor.

        Mengenal Komponen Mesin Beserta Fungsinya

        Mesin terdapat beberapa komponen :




        1. Blok silinder (Cylinder Block)
        fungsi : sebagai tempat untuk menghasilkan energi panas dari proses pembakaran bahan bakar.

        2. Torak (piston)
        fungsi : untuk memindahkan tenaga yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar ke poros engkol (crank shaft) melalui batang torak (connecting road).

        3. Cincin Torak (Ring piston)
        fungsi: - Mencegah kebocoran gas bahan bakar saat langkah kompresi dan usaha.
        - Mencegah masuknya oli pelumas ke ruang bakar.
        - Memindahkan panas dari piston ke dinding silinder.

        4. Batang Torak (Connecting Rod)
        fungsi: Menerima tenaga dari piston yang diperoleh dari pembakaran bahan bakar dan meneruskannya keporos engkol.

        5. Poros Engkol (crank shaft)
        fungsi: Mengubah gerak naik turun torak menjadi gerak berputar yang akhirnya menggerakkan roda-roda.

        6. Bantalan (Bearing)
        fungsi: Mencegah keausan dan mengurangi gesekan pada poros engkol.

        7. Roda Penerus (Fly Wheel)
        fungsi: Menyimpan tenaga putar ( inertia ) yang dihasilkan pada langkah usaha, agar poros engkol tetap berputar terus pada langkah lainnya.

        8. Katup (Valve)
        fungsi: Membuka dan menutup saluran masuk dan saluran buang.

        9. Pegas Katup (Valve Spring)
        fungsi: Mengembalikan katup pada kedudukan/posisi semula dan memberi tekanan pada katup agar dapat menutup dengan rapat.

        10. Tuas Katup ( Rocker arm )
        fungsi: Menekan katup - katup sehingga dapat membuka.

        11. Batang pendorong ( push rod )
        fungsi: Meneruskan gerakan valve lifter ( pengangkat katup ) ke rocker arm.

        12. Pengangkat Katup ( Valve Lifter )
        fungsi: Memindahkan gerakan camshaft ( poros nok ) ke rocker arm melalui push rod.

        13. Poros Bubungan / Poros Nok ( camshaft )
        fungsi: Membuka dan menutup katup sesuai dengan waktu ( Timming ) yang telah ditentukan.

        14. Karter ( Oil Pan )
        fungsi: Menampung oli pelumas.

        15. Pena Torak ( Piston pin )
        fungsi: Menghubungkan torak dengan connecting rod melalui lubang bushing.

        16. Bantalan Luncur Aksial ( Thrust Waser )
        fungsi: Menahan poros engkol agar tidak bergerak/bergeser maju-mundur.

        17. Timming Chain : rantai timing / Timing Belat : sabuk timing
        fungsi: Menghubungkan gerak putar poros engkol keporos nok.

        18. Kepala Silinder ( Cylinder Head )
        fungsi: Tempat kedudukan mekanisme katup, ruang bakar, busi dan sebagai tutup blok silinder.

        19. Dudukan Katup ( Valve Seat )
        fungsi: Tempat dudukan katup saat menutup.

        Hydraulically Actuated Electronically Controlled Unit Injector

        The HEUI (Hydraulically Actuated Electronically Controlled Unit Injector)
        Fuel System represents one of the most significant innovations in diesel engine technology in decades. HEUI surpasses many of the limitations of mechanical and conventionalelectronic injectors, and sets new standards for fuel efficiency,reliability and emission control.
        Available as standard equipment on an ever-widening range of Caterpillar Engines and machines, the highly sophisticated HEUI system uses hydraulic energy instead of mechanical energy to operate fuel injectors. Working in tandem with the engine抯 ECM (Electronic Control Module), the HEUI system provides extremely precise control of fuel metering and timing, resulting
        in unmatched engine performance and economy.

        Meeting the demand for lower emissions, better fuel economy and higher performance.
           HEUI injector technology is changing the way equipment owners, technicians and operators
        think about diesel engine performance. HEUI performance surpasses mechanical unit injectors and conventional electronic unit injectors, bringing new value to your investment in Cat Engines
        and machines.

        Precise injection pressure at any engine speed
        In the traditional common rail fuel system, the entire fuel line is under high pressure.With the HEUI system, fuel remains at low pressure until it is injected into the cylinder.
        Fuel pressure is created hydraulically in response to a signal from the Electronic Control Module (ECM).



        Four basic components work together to bring precision, reliability and simplified maintenance to the HEUI fuel system.


        Injection pressure in a HEUI fuel system is independent of engine speed.

        HEUI controls injection pressure electronically. This unique capability means the regulation of injection pressure
        is completely independent of crankshaft speed. Peak injection pressure can be achieved under acceleration and lug
        conditions, providing better fuel economy, better response and reduced smoke.

        A close look at the HEUI System
        The HEUI fuel system consists of four basic components:

        1. HEUI Injector Uses hydraulic energy (as opposed to mechanical energy from the engine camshaft) from pressurized
        engine lube oil for injection. The pressure of the incoming oil (800 to 3300 psi) controls the rate of injection, while the
        amount of fuel injected is determined by the ECM.

        2. Electronic Control Module (ECM)
        This sophisticated on-board computer precisely manages fuel injection and other engine systems. The HEUI injector solenoid is energized by an electronic signal generated in the ECM. Using input from multiple sensors, the ECM抯 dual microprocessors use proprietary software and customer-supplied performance parameters to produce maximum engine performance under any conditions.

        3. High Pressure Oil Pump The variable displacement axial pump features a built-in reservoir to immediately supply
        oil at cold starts.

        4. Injector Actuation Pressure Control Valve This electronically operated valve controls oil pump output and injection pressure.

        HEUI brings new value to your engine and equipment investment. Improved response Engines equipped with HEUI injectors have outstanding response and improved high
        altitude operation.

        Improved fuel economy The ability to inject fuel at any crank angle results in up to 2.7 percent better fuel economy compared to scroll mechanical injectors. Optimum fuel economy also means reduced gaseous emissions and less white smoke during cold engine starts.

        Optimum performance The control of fuel delivered during ignition delay and main injection, known as rate shaping, is made possible by the HEUI抯 ability to operate independent of engine speed.
        Rate shaping modifies engine heat release characteristics, which also helps reduce emission and noise levels. Rate shaping optimizes engine performance by varying the idle and light load rate characteristics independent of rated and high load conditions.

        Reduced smoke and particulate emissions
        Since the HEUI injector抯 performance does not depend on engine speed, it can maintain high injection pressures through a wide operating range. Electronic control of these pressures helps improve emissions and low-speed engine response.

        Reduced engine noise A split injection feature leads to a more controlled fuel burn and lower noise levels. Additional benefits include reduced shock loads as well as less wear and tear on drive train components.

        Saturday 15 June 2013

        RESISTOR


        Resistor adalah komponen elektronik dua kaki yang berfungsi untuk menahan arus listrik,dengan penurunan tegangan diantara kedua kakinya sesuai dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm: V = I.R
        Resistor banyak digunakan pada rangkaian elektronika. Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya (tahanan) dan daya listrik yang diserapnya. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.



        • Mengidentifikasi Nilai Resistor
        Untuk mengetahui nilai resistansi dari suatu resistor caranya adalah dengan membaca warna gelang dari resistor atau membaca suatu nilai yang tertera pada badan resistor.



        Metoda ini memiliki 10 warna standard yang dapat dilihat pada gambar. Untuk resistor dengan 4 warna gelang, 2 pertama adalah nilainya yang ketiga adalah faktor 10n dan yang keempat adalah toleransinya. Misalnya gelang pertama adalah merah berarti nilainya = 2, gelang kedua ungu sehingga nilainya = 7, gelang ketiga oranye maka faktor 10n = 103 = 1000 dan gelang keempat adalah emas berarti toleransinya = 5%, maka nilai resistansinya adalah 27000Ω = 27KΩ 5%. Untuk perhitungan nilai resistor dengan jumlah gelang 5 dan 6 hampir sama dengan menghitung nilai resistor pada 4 gelang. Bedanya hanya pada faktor 10n, dimana untuk jumlah gelang 5 dan 6 terletak pada gelang nomor 4 dan 5. Untuk gelang ke 6 merupakan nilai koefisien suhu dari resistor. Suhu tersebut diukur dalam PPM/C Part Per Milion per degree Centigrade.

        Cara membaca resistor
        Gelang pertama menyatakan angka pertama, gelang kedua menyatakan angka kedua, gelang ketiga menyatakan jumlah nol di belakang angka kedua, dan gelang keempat menyatakan toleransi (pada resistor yang memiliki 4 gelang).
        Jika resistor memiliki 5 gelang; gelang pertama menyatakan angka pertama, gelang kedua menyatakan angka kedua, gelang ketiga menyatakan angka ketiga, gelang keempat menyatakan jumlah nol di belakang angka kedua, dan gelang kelima menyatakan toleransi.
        Jadi nilai tahanan suatu resistor tetap, dapat ditentukan dengan 2 cara yaitu: melalui warna gelang dan melalui pengukuran menggunakan Ohm-meter (pada AVO-meter atau multimeter). Mengenai makna dari toleransi adalah rentang nilai yang masih diperkenankan pada resistor apakah dapat digunakan atau tidak. Tanda lebih-kurang ( + 5%) berarti nilai resistor terentang dari kurang 5% hingga lebih 5% dari nilai yang ditentukan pada gelang-gelangnya. 
        Contoh: resistor di atas memiliki nilai tahanan sebesar 270.000 ohm dengan toleransi + 5%. Maka batas bawah resistor : 270.000 - (5% x 270.000) = 256.500 ohm. Sedang batas atas :270.000 + (5% x 270.000) = 283.500 ohm. Jadi rentang nilai tahanan yang diperkenankan adalah 256.500 ohm hingga 283.500 ohm. Lebih kecil dari 256.500 ohm, atau lebih besar dari 283.500 ohm resistor tidak boleh digunakan.

        Mengenal Komponen Elektronika : Dioda

        Mengenal Komponen Elektronika : Dioda (Diode) 

        A) Dioda (Diode) 

        Dioda (Diode) adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya bersifat semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke satu arah dan menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda seringkali disebut sebagai 'Penyearah' dan dapat disamakan sebagai fungsi katup di dalam bidang elektronika. 



        Gambar: Dioda (Diode) dan simbolnya. 

        Dioda (Diode) terbuat dari bahan semikonduktor jenis silicon dan germanium. Dioda silikon bekerja pada tegangan 0.6 VDC dan Dioda germanium bekerja pada tegangan 0,2 VDC. 
        Contoh Dioda (Diode)  : IN 4148, IN4002, IN4003, dll. Simbol Dioda (Diode)  adalah D.

        Dioda (Diode) terbuat dari penggabungan dua tipe semikonduktor yaitu tipe Positive (+) dan tipe Negative (-). Kaki dioda yang terhubung pada semikonduktor tipe (+) dinamakan Anoda sedangkan yang terhubung pada semikonduktor tipe (-) disebut Katoda.

        B) Sifat Dioda (Diode) 
        • Jika diberi arah maju (tegangan positif => anoda dan tegangan negatif => katoda) akan menghantarkan arus dan sebaliknya,
        • Jika diberi arah mundur (tegangan positif => katoda dan tegangan negatif => anoda) tidak akan menghantarkan arus.
        Arus listrik akan sangat mudah mengalir dari Anoda ke Katoda hal ini disebut sebagai 'Forward-Bias', tetapi jika sebaliknya yakni dari Katoda ke Anoda, arus listrik akan tertahan atau tersumbat hal ini dinamakan sebagai 'Reverse-Bias'.

        C) Fungsi Dioda (Diode) 

        Dioda (Diode) berfungsi sebagai berikut :
        • Sebagai penyearah
        • Sebagai pengaman rangkaian dari kemungkinan terbaliknya polaritas. 

        D) Cara Mengukur Dioda Dengan
        Multitester

        Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda (Diode)  dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap Dioda (Diode)  tersebut dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter)

        Caranya :

        1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100
        2. Hubungkan Probe Merah (+) pada Terminal Katoda (-) yang ada tanda garis putihnya seperti gelang pada badan Dioda. 
        3. Hubungkan Probe Hitam (-) pada Terminal Anoda (+)
        4. Jika hasilnya jarum Multimeter (AVO Meter) bergerak naik bukan di angka 0.
        5. Kemudian posisinya kita di balik, probe Merah (+) pada Anoda (+) dan probe Hitam (+) pada Katoda (-) dan jarum tidak bergerak sama sekali, berarti dioda dalam kondisi baik
        6. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
        7. Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan
        8. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).
        9. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
        10. Jarum harus tidak bergerak.
          **Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.

        Mengukur Dioda (Diode) dengan Multitester adalah dengan cara putar batas ukur pada Ohm meter X10/X100 ;

        1. Tempelkan probe merah pada kaki katoda (kaki katoda adalah yang ada garis putih pada badan dioda, sementara kaki anoda sebaliknya) dan probe hitam pada anoda => jarum bergerak (bukan nol). Kemudian posisi dibalik: probe merah pada anoda dan probe hitam pada katoda => jarum tidak bergerak, berarti dioda dalam kondisi baik

        2. Tempelkan probe merah pada katoda, probe hitam pada anoda => jarum bergerak atau menunjuk nol. Kemudian posisi dibalik: probe merah pada anoda, dan probe hitam pada katoda => jarum bergerak atau menunjuk nol, berarti dioda dalam kondisi rusak/ short.

        Sekian dulu postingan dari kita kali ini, jika masih ada kesempatan nanti akan kita lanjut dengan berbagai jenis Dioda dan fungsinya, Terima kasih banyak buat kalian yang sudah mampir di sini, semoga informasi ini dapat bermanfaat, jangan lupa di bantu share ya teman-teman, agar kita lebih semangat lagi dalam memberikan informasi lainnya. 

        Salam dari Laut Indonesia

        Peralatan Elektronika Dasar Untuk Pemula

        Mengenal beberapa peralatan yang sering di pakai saat melakukan kegiatan/praktek belajar Elektronika, dan di antaranya: 

        1. Multimeter/AVOmeter

        Multimeter adalah suatu alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur tiga jenis besaran listrik, yaitu arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik. Sebutan lain untuk multimeter adalah AVO-meter yang merupakan singkatan dari satuan Ampere, Volt, dan Ohm . 

        Ada dua jenis Multimeter yang biasa digunakan yaitu:

        a) 1. Multimeter Analog. 


        b) 2. Multimeter Digital



        Fungsi Multimeter adalah untuk:
        - mengukur tegangan DC atau AC
        - mengecek nilai resistor
        - mengukur arus DC
        - mengecek kondisi komponen seperti
          kapasitor, transistor, dioda, elco dll.
        - mengecek hubungan/ koneksi.


        2. Solder/ Patri

        Fungsinya adalah untuk melelehkan timah yang akan ditempelkan pada kaki komponen.



        3. Timah

        Berfungsi sebagai media
        penyambung antara dua buah kaki komponen atau kaki komponen dengan PCB



        4. Solder Atraktor/ Solder Sucker

        Biasa disebut juga penyedot Timah, berfungsi untuk menghisap timah dari PCB pada saat akan melepas komponen yang rusak atau komponen yang akan diganti.

        Penyedot Timah


        5. Tang Cucut/ Tang panjang

        Gunanya untuk memegang benda/ komponen saat proses perakitan


        Tang Cucut


        6. Tang Potong/Cutting Pliers

        Berguna untuk memotong kaki komponen setelah penyolderan, juga untuk memotong kabel atau kawat saat proses perakitan.

        cutting pliers


        7. Obeng Plus dan Obeng Minus

        Berguna untuk melepas/ mengencangkan skrup/ baut dengan kepala + atau - . Pastikan memilih obeng yang ada daya magnetnya agar mudah dalam pengambilan dan pemasangan baut. Dan jika ada dana lebih, bisa membeli obeng dengan ukuran besar dan kecil.

        Screwdriver

        8. Pinset

        Pinset digunakan untuk mencapit kaki komponen pada saat melakukan penyolderan. Selain itu juga berguna untuk memegang komponen pada saat proses perakitan pada PCB.

        Pinset

        9. Pisau Cutter

        Fungsinya untuk memotong dan mengupas kabel. Cutter juga bisa digunakan untuk membersihkan kaki komponen yang kotor sebelum penyolderan.

        Cutter

        Cukup sekian dulu postingan dari kita kali ini, dan terima kasih banyak buat kalian yang sudah mampir di sini, semoga informasi ini dapat bermanfaat, jangan lupa di bantu share ya teman-teman, agar kita lebih semangat lagi dalam memberikan informasi lainnya. 


        Salam dari Laut Indonesia